Inspirasi dari Pak Muhidin


Pak Muhidin adalah salah seorang bapak yang bekerja sebagai pemulung sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) di daerah Sukabumi. Sehari-harinya bapak Muhidin mengais-ngais sampah sisa dari rumah tangga dan rumah makan yang ada di daerah tersebut. dari jam 4 Pagi Pak Muhidin bergegas menuju ke TPA dengan membawa sebuah keranjang dan berjalan hingga beberapa kilometer dari rumahnya. 

Ketika sampai di TPA, Ia langsung menghampiri truk pengangkut sampah, yang membawa bahan pembuangan dari rumah tangga dan rumah makan. Tak semudah begitu saja ia mencari sisa-sisa sampah atau bahan-bahan berupa plastik atau barang yang tidak terpakai yang bisa dijual kembali diatas tumpukan-tumpukan sampah, Ia juga harus berebut dengan teman-teman pemulung lainnya juga. Tapi, inilah jalan saya kata Pak Muhudin, Saya hanya bisa mencari rezeki dari tumpukan sampah ini karena kalau tidak bagaimana saya bisa menafkahi istri dan ke enam anak saya.

Tak terasa terik matahari pun menyengat sekali sudah pukul 12 tepat rupanya.
sambil mengorek-ngorek sampah, Ia pun menemukan makanan sisa serta sayur dan buah-buahan, dan sisa-sisa sayur yang ia temukan di tempat sampah tersebut ia bawa pulang kerumah untuk dimasak kembali.
ia menemukan wortel,bayam,kangkung dan jeruk. tak ada perasaan jijik bagi pak Muhidin meskipun orang-orang menilai hal tersebut jijik dan kurang layak untuk dimakan tapi bagi seorang pak Muhidin tidak.

Ia pun bergegas menuju ke pengepul sampah, dan penghasilan pak Muhidin mengumpulkan sampah dari jam 4 pagi sampai jam 12 siang ia  hanya mendapatkan sekitar 12 Kg,dimana /Kg ny dihargai 500 Rupiah berarti selama sehari ia hanya mendapatkan 6000 Rupiah.hmmmm.....Sungguh miris sekali melihatnya.

Ia pun bersiap untuk pulang ke rumah dengan hanya membawa penghasilan sehari 6000 Rupiah, itupun sangat ia syukuri.sesampai di rumah ia disambut oleh istri dan ke 6 orang anaknya. sayur-mayur yang ia temukan di tumpukan sampah tadi ia berikan kepada istrinya untuk dibersihkan dan dimasak kembali.

melihat istrinya membersihkan sayur-mayur itu aku merasa sangat sedih sekali, ternyata masih ada bahkan mungkin masih banyak orang-orang seperti keluarga bapak Muhidin yang tidak bisa membeli kebutuhan pokok sehari-hari. belum lagi istrinya hamil tua,yang dapat mengganggu janinnya dengan makanan-makanan dari sampah yang ia masak kembali.

dengan penghasilan 6000 Rupiah/hari, Ia hanya bisa menyekolahkan anak pertamanya dan adik-adiknya tidak bersekolah dan sekarang anak pertamanya tersebut sudah putus sekolah.anak pertamanya pun  hanya membantu kerjaan rumah ibunya dan membantu adik-adiknya belajar meskipun hanya mengajarkan baca dan tulis. Ia berharap adik-adiknya bisa membaca dan menulis. Ia mempunyai cita-cita yakni menjadi seorang tentara. Aku pun mengaminkannya.

dari cerita diatas kita bisa mengambil hikmah serta pelajaran yakni sepatutnya lah kita harus bersyukur dengan keadaan kita sekarang, kita bisa makan enak tiap hari, bisa kuliah, bisa menikmati fasilitas internet,handpone yang bagus,laptop yang canggih serta gelontoran uang bulanan yang dikirimkan orang tua untuk kita.

sepatutnya lah kita harus selalu bersyukur atas nikmat yang diberikanNya serta jangan sering mengeluh karena ternyata diluar sana masih banyak  orang-orang yang hidupnya lebih buruk daripada kita.

Intinya BERSYUKUR dengan apa yang kita nikmati dan kita punyai sekarang.... :)


@Perpustakaan Kampus Akademi Teknik Telekomunikasi (AKATEL)
Siap-siap sholat Ashar di mesjid Syifaul Qolbi.

Comments

Anonymous said…
inspiratif.....
Anonymous said…
posting yg menggugah dan membuat kita lebih banyak bersyukur.
Anonim: terima kasih banyak :)

Chilfia Karunianty: thanks,semoga qta selalu bersyukur atas nikmatnya...

Popular posts from this blog

Ibu

Profil Feronika Ang (Masterchef Indonesia)

PCM (Pulse Code Multiplexing)