Refreshing Aslab di Kebumen

Akhirnya rapat aslab Akatel memutuskan untuk refreshing ke obyek wisata daerah Kebumen dengan berkunjung ke obyek wisata Goa Jatijajar, Goa Petruk dan Pantai Ayah.

Tepat jam 7.20 Pagi kami pun memulai perjalanan dari kampus tercinta Akademi Teknik Telekomunikasi Sandhy Putra Purwokerto. Dengan satu mobil carter dan mobil kijang panther Pa Wahyu.

Tak semua Asisten Laboratorium yang ikut hanya Aku, Henni, Putri, Anas dan Imam sedangkan untuk angkatan 2009 Ahya, Intan, Triana, Fatur, Andy beserta Pa Jaenal With Istri, Mas Susanto, Pa Wahyu dan Bu Anggun bersama kedua anak beliau.

Spot pertama yang kami kunjungi adalah Goa Jatijajar, kenapa dinamakan Jatijajar karena disepanjang jalan menuju Goa terdapat jati yang berjajar-jajar disepanjang jalan. Memasuki obyek wisata goa disambut dengan berbagai macam patung kera dan manusia yang seolah-olah memceritakan sebuah kisah sejarah dari tempat ini. Tapi sayangnya di langit-langit gua terdapat berbagai macam coret-coretan tangan-tangan nakal yang merusak keindahan langit-langit Goa.

Berbagai macam warna lampu pun terpasang di berbagai sudut goa yang membuat suasana goa menjadi indah dipandang.sesampai di pintu keluar goa,alangkah sangat ruginya kalau moment-moment seperti ini  tidak diabadikan didepan lensa camera.

Kelurga besar Aslab dan Dosen

Dari jalan Pintu keluar goa sampai menuju ke pintu keluar obyek wisata di kiri dan kanan kami disuguhi dengan berbagai macam panganan seperti mendoan,getuk,dll.Ada juga sekelompok anak-anak kecil yang memainkan musik, ada pasar seni yang menjual berbagai macam cenderamata,kerajinan tangan khas penduduk setempat.

Aku membeli sebuah gantungan kunci seharga 2000 rupiah yang terbuat dari pohon pinus dengan sisi depan  bergambarkan Goa Jatijajar dan disisi belakangnya bertuliskan Nama beserta tanggal lahirku. Lumayan buat kenang-kenangan.
Spot yang kedua yakni Goa Petruk, tempatnya tidak seramai seperti di goa jatijajar tidak ada penjual makanan dan minuman ataupun kerajinan tangan.

Perjalanan menuju ke mulut gua lumayan menguras tenaga hingga kaki ini terasa sangat pegal karena menaiki banyaknya anak tangga yang berkelak-kelok bak ular tangga. Akhirnya kelelahan pun sirna karena melihat  keindahan langit-langit goa.

ada kamera saatnya Jempret...
moment kebersamaan pun diabadikan lagi.


ada segerombolan anak-anak sekolah dasar yang berkunjung juga dan beberapa orang yang membawa lampu-lampu semprong untuk menyusuri goa, cukup dengan 10 Ribu rupiah kita bisa diantarkan menyusuri goa dengan penerangan lampu semprong.

Penyusuran goa pun dimulai dengan melihat berbagai macam bentuk batu, ada batu yang berbentuk batu bapak berjenggot, batu keranda mayat, batu buaya, batu jamur serta berbagai sendang yang konon katanya apabila kita mencuci muka dengan air dari sendang tersebut bisa awet muda dan apabila kita meminumnya bisa enteng jodoh.


Kealamian goa pun masih terjaga tidak ada corat-coret tangan-tangan jahil yang mengotori langit-langit goa tak ada lampu penerangan yang membuat puluhan ribu kelelawar menjadi betah tinggal didalam. Tak heran bau kotoran kelelawar pun cukup menyengat hidungku.



Aku pun menyempatkan untuk mencari informasi tentang keberadaan Goa ini dengan salah satu guide yang menemani perjalanan kami.

Aku : Mas kenapa akses dalam goa ini tidak di bikin seperti goa jatijajar,sehingga para pengunjung tak terfokus hanya melihat jalannya tapi melihat langit-langit goanya?

Guide : Sebenarnya kami sudah meminta pihak pemda untuk membuatkan jalan seperti di goa jatijajar tetapi kami belum memperoleh izin dari Para Pencita Alam. Sehingga beginilah keadaanya.

Ini sepenggal pertanyaan yang aku ajukan kepada seorang guide yang berasal dari penduduk setempat.

Canda tawa pun mengiringi kami ketika menyusuri anak tangga menuju ke bawah, melihat kondisi teman-teman aslab yang kelelahan dan dosen juga kami pun menyempatkan diri untuk beristirahat sembari bernarsis-narsis ria di depan lensa kamera.

Spot yang terakhir yakni pantai Ayah tepat berada di ujung selatan pulau jawa, tempatnya pun lumayan ramai tetapi kami sempat bingung harus menikmati pantai. Akhirnya kami dan dosen memutuskan untuk menyembrang ke pulau sebelah dengan menaiki perahu dengan tarif 10 Ribu antar jemput.

Indahnya pemandangan nan hijau di sertai dengan deburan ombak di atas pasir pantai yang membuat suasana keakraban aslab semakin erat.



Tidak sampai setengah jam kami harus meninggalkan pulau ini berhubung matahari sudah terlalu terik dan perut mulai tidak bisa diajak berkompromi sehingga Pa Wahyu pun memutuskan untuk Ishoma di sebuah rumah makan tepat berad tidak jauh dari pintu masuk obyek wisata Goa Jatijajar, Goa Petruk, dan Pantai Ayah.

Sebelum makan siang, kami menunaikan sholat Dzuhur terlebih dahulu sembari menunggu antrian  sholat aku pun sambil berbincang bersama Pa Wahyu. 


Perjalanan sehari dan Menikmati makan siang bersama dosen dan teman-teman aslab sungguh pengalaman yang tidak bakal terlupakan. Semoga kebersamaan ini tak lekang oleh waktu...


Comments

Popular posts from this blog

Ibu

Profil Feronika Ang (Masterchef Indonesia)

PCM (Pulse Code Multiplexing)