Kisah Tentang Pentingnya Membaca

Sejak kemarin malam putraku sakit. Sepulang kerja malam ini, kuputuskan untuk membawanya ke dokter, meski badan masih terasa letih.

Banyak orang menunggu. Bisa jadi kami baru dapat giliran setelah lebih dari satu jam. Aku mengambil nomor, kemudian duduk di ruang tunggu.

Begitu banyak wajah, tua dan muda, tapi semua diam. Beberpa di antara mereka memegang selebaran yang tersedia di ruang tunggu.

Beberapa di antara mereka ada yang duduk dengan mata terpejam, sementara yang lain melemparkan pandangan ke berbagai arah. Kebanyakan tampak bosan. Sesekali kesunyian ruangan dipecahkan oleh suara perawat menyebut sebuah nomor. Kegembiraan membersit dari wajah yang nomornya mendapat giliran, dan ia bangkit dengan cepat. Setelah itu kesunyian pun mencekam lagi.

Seorang pemuda menarik perhatianku. Ia tampak asyik membaca Al-Qurãn seukuran buku saku. Tak sekali pun ia mengangkat wajah. Pada mulanya aku tak begitu peduli padanya. Namun setelah satu jam menunggu, kilasan pandanganku berubah menjadi sebuah pertanyaan tentang gaya hidup pemuda itu dan bagaimana caranya memanfaatkan waktu. Satu jam dari masa hidupku telah berlalu! Alih-alih memanfaatkan waktu yang sekian itu, aku malah menyiksa diri dengan kebosanan dalam menunggu giliran dipanggil perawat.


Tak lama kemudian, suara adzan Isya terdengar. Kami berjalan ke masjid rumah sakit. Aku berusaha untuk shalat berdekatan dengan pemuda yang tekun membaca Al-Qurãn di ruang tunggu itu.

Usai shalat, aku berjalan sejajar dengannya. Kukatakan kepadanya betapa aku terkesan dengan caranya memanfaatkan waktu. Ia bilang, kebanyakan waktu kita terbuang tanpa guna. Ada hari-hari yang berlalu tanpa makna dan kita tidak menyadari apalagi menyesali kesia-siaannya. Ia bilang, ia baru mulai membiasakan diri membawa Al-Qurãn kecil karena anjuran seorang teman yang mengatakan betapa pentingnya memanfaatkan waktu. Ia bilang, pada saat banyak orang kehilangan waktu, ia sendiri mengisi waktunya dengan membaca Al-Qurãn. “Selain saya mendapatkan manfaat dari membaca Al-Qurãn, saya juga terbebas dari kebosanan dan stres!” katanya.

Kemudian ia menambahkan bahwa dirinya sudah menunggu giliran dipanggil dokter selama satu setengah jam. “Nah, coba anda pikir! Kapankah kita bisa bertemu waktu satu setengah jam untuk membaca Al-Qurãn?”

Aku merenung. Berapa banyak waktu kita yang terbuang? Berapa banyak kesempatan dalam hidup ini datang, dan kita tidak menggunakannya untuk mambaca Al-Qurãn?

Tiba-tiba tumbuh rasa hormatku terhadap pemuda itu. Mengapa aku tidak meniru cara berpikir dan sikap hidupnya? Apa lagi yang kutunggu?

Renunganku terputus oleh perawat yang meneyebut nomorku. Aku membawa anakku ke ruang dokter. Tapi yang terpikir olehku adalah bagaimana aku bisa mencapai sesuatu dalam hidupku sekarang.

Keluar dari rumahsakit, aku segera pergi ke toko buku, dan kubeli sebuah mushhaf Al-Qurãn, seukuran buku saku. Kuputuskan bahwa aku akan benar-benar memanfaatkan waktuku.

Bila informasi ini bermanfaat, sebarkanlah kepada teman dan kerabat anda! ***

Sumber : Forum Silaturahmi Wisatahati.com

Comments

Popular posts from this blog

Ibu

Profil Feronika Ang (Masterchef Indonesia)

PCM (Pulse Code Multiplexing)